Sabtu, 06 September 2008

Prinsip Menjadi 2

LIHAT KEBUTUHAN SEKITAR

Tahu ga’ kepandaian melihat kebutuhan ternyata sangatlah penting karena dari sinilah bisnis itu bermula. Untuk mempertajam dan memperbanyak wawasan sebagai referensi coba deh ikuti banyak seminar, bersilaturahmi. Mendengar cerita-cerita mereka yang sukses, langsung dari mereka yang sukses. Bagaimana mereka dapat bisa sampai pada posisi mereka pada saat ini.


Baca buku-buku praktisi yang dapat memberikan wawasan . Bergabunglah dengan segala macam kegiatan yang banyak mengumpulkan orang seperti perkumpulan keagamaan, klub olah raga, koperasi, eksekutif klub, rotary club, lebaga sosial, yang paling ampuh lagi adalah berpergian ke luar negeri yang perekonomiannya lebih maju dari Indonesia.


Anda pasti akan sangat terbuka dan terinspirasi dari kegiatan-kegiatan bisnis yang negara maju tersebut lakukan sehingga jarang ragu untuk menirunya. Tiru saja dulu jika anda melihat sebuah peluang bisnis di sebuah negara. kenapa meniru ?karena bisnis tersebut sudah terbukti berhasil dijalankan oleh mereka. Kemudian baru lakukan modifikasi sesuai dengan intuisi bisnis anda baru nanti anda kembangkan dengan variasi lain yang sesuai dengan perilaku pasar anda.


Banyak hal yang dapat diraih disekitar kita jika kita betul-betul jeli melihatnya ditambah lagi referensi yang kita dapati untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan. Sebenarnya sih terciptanya sebuah peluang bisnis karena sebuah bisnis kita JALANKAN. Tangkaplah sebuah peluang bisnis tersebut, kemudian pasti bergulir terus bisnis-bisnis baru dan itu akan sejalan dengan pemintaran dan pembelajaran yang anda dapat dengan melakukan peluang awal bisnis anda. Singkatnya, peluang bisnis itu selalu ada dan tidak pernah habis.


Sebenarnya bisnis saat ini beruntung, karena dengan otonomi daerah di Indonesia yang terdiri dari 250 suku bangsa dan 400 bahasa ini, banyak peluang usaha yang dapat kita bangun misalnya membuat souvenir shop dan produk pada setiap kultur budaya anda, sehingga selang waktu berjalan para turis manca negara atau turis lokal pasti mulai berdatangan karena memang kebudayaan itu sangat menarik untuk diketahui dan di masa itu anda telah siap dengan produk-produk yang menarik baik sebagai memoribilia atau produk kebutuhan industri atau juga kebutuhan sehari-hari seperti pakaian atau makanan Khas daerah tertentu tersebut. Tak usah menunggu datangnya turis dulu baru kita buat.


“Sebelum mereka datang buat dulu, percaya saya”


Contoh lain misalnya, jika anda adalah seorang sarjana atau mahasiswa fakultas matematika, ilmu yang anda miliki segera anda manfaatkan sebagai peluang bisnis, ajarkan ilmu anda kepada para siswa SD, SMP, SMU dan kemudian anda banyak melihat peluang-peluang lain setelah itu. Atau anda mengerti akunting jadilah penyedia jasa akunting buat para pengusaha Warung Tegal tersebut, atau toko kelontong di daerah sekitar anda tinggal, bisa anda tawarkan setiap 3 bulanan anda audit dengan bayaran misalnya Rp 300.000 peraudit, dari sini pasti kemudian anda banyak dapat kenalan dan terbuka peluang binsis baru.


Peluang lain, jika anda seorang sarjana atau mahasiswa bahasa apapun itu jual-lah kepada tetangga, saudara, lingkungan anda, banyak kebutuhan untuk hal tersebut, kita harus siap era globalisasi karena penguasaan bahasa asing sangat dibutuhkan.


Tangkap dulu setiap peluang, tidak ada usaha yang sia-sia. Peluang bisnis lain pasti mengikuti. Bisnis itu terus berkembang mengikuti anda yang tidak berhenti berusaha dan belajar.


Town House Story


Masih berbicara dengan senior arsitek sahabat saya Bapak Edi Utoyo di kantornya yang sangat impresif penuh dengan karya sentuhan pribadinya pada ornamen dekorasi. Saya secara pribadi memerlukan berkonsultasi dengannya mengenai minat saya membangun property di lahan saya di daerah Jakarta Timur.


Saya uraikan visi saya kepadanya. “Pak Edi, aku melihat peluang saat ini property berkembang baik aku berminat membangun townhouse seperti di film seri TV Melrose Place yaitu sebuah cluster yang tidak terlalu besar di mana pemilik property tersebut menyediakan sharing backyard, berbagi halaman belakang misalnya ada kolam renang atau taman yang indah dengan rumah 3 lantai atau mini condominium atau mini apartemen?” Kataku menyelidik. Dengan sangat rinci saya menceritakan visi saya untuk membangun property tersebut. Dia menjawab, “Makan yuk, aku lapar nih..”


Kami berpindah kemeja makan di kantornya yang sudah menyediakan ayam goreng favoritnya, lengkap dengan kentang goreng dan salad, “Maaf, gak tersedia nasi di sini, lagi ganti variasi makanan”, katanya serius.


“Begini Mas”, dia memulai pembicaraan. “Sebelum kita membangun, kita lihat filosofis bangunan yang akan kita dirikan. Misal apartemen, adalah bangunan yang kebanyakan disewakan fungsinya, Condominium adalah kepemilikan atau konsep jual hanya hak atas tanah dibagi oleh seluruh pemilik gedung biasanya dengan strata title hak kepemilikannya kayak HGB (hak guna bangunan), Townhouse kayak real estate biasa karena konsep rumah kota biasanya bertingkat dan tanahnya kecil 100-250 meteran namun bangunan standar lux atau rumah perumahan biasa tipe 45-72, 150 meter dan lain sebagainya”, lanjutnya sambil mengunyah makanan.


Sangat santai ia hari ini begitu juga saya. “Nah, di daerah sekitar tanah yang mau kita bangun apa type rumahnya atau apa tipe komunitasnya. Kita harus membangun sesuai dengan meliu daerah tersebut”, katanya menyelidik. “Kalau tipe kecil kita juga membangun berkisar besaran yang sama. Kalo besaran tanah 500 meteran pun demikian, kita nyamain”. “Kenapa?”, Aku bertanya. Manusia cenderung berkumpul dengan level strata yang sama begitu juga setiap mahluk hidup. Sangat nyaman berkumpul dengan sesama. Apa cocok daerah tersebut dengan apartemen atau condo?


“Kalau aku membangun Club House, yang ada kolam renang , fitness, salon, tenis dan lain-lain”, tanya ku lagi. “Ada berapa unit rumah yang tinggal di daerah tersebut berada di komunitas kelas A atau B, Komunitas A adalah seperti daerah Mall Kelapa Gading, Mall Pondok Indah, Mall Bintaro Jaya. Komunitas B adalah seperti daerah perumahan di pinggiran Jakarta seperti BSD, Cibubur, Jati Bening.” Katanya merinci. “Karena, club house untuk olah raga cocok untuk komunitas B dan A, kelas C seperti mereka yang tinggal di BTN atau komunitas D yang marginal tak memiliki pekerjaan resmi walaupun tidak bisa dikatakan mereka tidak memiliki pendapatan, datang ke Club House menjadi sebuah barang mewah,” Katanya lagi.


“Ada lebih kurang 500 rumah komunitas A, 1000 komunitas B, C dan D ada 2000 rumah dalam radius 2 km dari lokasi jika centrumnya lokasi tersebut”, kataku lagi. Saya memang sudah melakukan marketing intelegen di daerah tersebut. Dan ini merupakan kebiasan saya sejak dulu bahkan sejak dari masih bujangan. Dengan cara bersepeda sore-sore dengan anak-anak, aku menghitung jumlah rumah, mobil dan segala ornamen di sekitar asset mereka.


“Rasanya masih kurang banyak ya”, katanya sambil mencari referensi di benaknya. ”Tapi aku melihat peluang” katanya lagi, “Mas Wowiek punya temen banyak celebrity di daerah situ khan? Kita bisa jadikan dia Anchor atau jangkar pemasaran seperti Ade Rai fitness atau Vena melinda fitness. Maka radius kita bisa melebar kalo konsepnya unik. Sekarang kembali ke Mas Wowiek, mau diapakan?” Katanya dengan tenang.

Tidak ada komentar: