Kamis, 11 September 2008

Break: Arsip dari Majalah Swa

Pertaruhan Helmy di Tepi Musi
Kamis, 09 Agustus 2007
Oleh :

Bukan berita baru, Helmy Yahya yang selama ini dikenal sebagai raja reality show masuk bisnis properti. Di luar gaweannya menggarap bisnis hiburan, ia juga Presdir yang memiliki saham di Marvin Reeves Indonesia. Sejak ia menanamkan modalnya, agen properti asal Belanda ini berkembang dengan konsep waralaba. Dan di bawah kepemimpinannya pula, pertumbuhan pesat diraih. Kantor cabangnya kini berjumlah 10, tersebar di Jakarta, Medan, Tangerang, Bandung dan Surabaya.


Namun, ketertarikan Helmy pada dunia properti, rupanya tak berhenti sampai di situ. Dalam waktu dekat, ia siap membangun hotel butik di Palembang seluas 1.500 m2. Hotel?

Benar. Diam-diam, sejak 2004 ayah empat anak ini memiliki sebidang tanah yang berlokasi di dekat Sungai Musi. Mulanya, ia berniat membangun rumah walet di sana. Akan tetapi, dalam perjalanannya, niat itu berubah. Selain melihat Palembang berkembang luar biasa, di saat bersamaan, Dinas Tata Kota Sumatera Selatan juga memerlukan bangunan yang bisa menjadi ikon ibu kota Sum-Sel.

Di tengah situasi yang berkembang seperti ini, tanpa diduga, ia bertemu Wowiek Prasantyo, pemilik Jatiwaringin Resident, yang tanahnya bersebelahan dengan tanah miliknya. Mereka kemudian sepakat menyatukan tanah dan membangun hotel butik di atasnya. Bersatu dalam proyek ini, menurut Wowiek, memiliki kekuatan tersendiri. Menurutnya, Helmy telah mewarnai dunia properti Indonesia melalui acara Bedah Rumah yang disiarkan RCTI beberapa waktu lalu. “Sekarang orang tidak kenal lagi istilah renovasi, melainkan bedah rumah,” Wowiek menuturkan.

Alasan lain Wowiek bergabung dengan bos PT Triwarsana itu lantaran adanya kesamaan pengetahuan tentang ibu kota Sum-Sel ini. “Saya 7 tahun tinggal di Palembang, sementara Helmy lahir di Palembang,” paparnya. Penggabungan dunia properti yang digeluti Wowiek dan dunia hiburan yang ditekuni Helmy, dinilainya akan melahirkan kerja sama yang unik. Di luar itu, proyek ini juga memberi kesempatan kepada pengusaha wong kito lainnya yang ingin berinvestasi di tanah leluhur.

Helmy mengungkapkan, hotel ini akan dijual dalam bentuk kemitraan. Rencananya, setiap kamar akan ditawarkan kepada investor dan pengelolaannya diserahkan ke pengembang hotel. “Sistem ini telah diterapkan di beberapa hotel seperti di Anyer dan Bali. Ini memungkinkan tiap orang berinvestasi dalam bentuk kepemilikan kamar hotel,” ia menerangkan. Untuk itu, ia hendak mengundang beberapa investor lokal dan menjanjikan return tetap selama dua tahun pertama 7%-8%/tahun. Selanjutnya, diterapkan sistem bagi hasil. Selain itu, investor memperoleh fasilitas menginap gratis selama 21 malam dalam setahun. Oleh pemilik kamar, kesempatan ini bisa diberikan kepada pihak lain. “Saya percaya, banyak orang Palembang yang sukses ingin memperkenalkan Sungai Musi kepada koleganya,” tutur pria kelahiran Palembang, 6 Maret 1963 ini.

Diperkirakan, pembangunan hotel bakal menelan dana sebesar Rp 40 miliar. Terdiri dari 51 kamar dan 7 lantai, pembangunan hotel dimulai September mendatang, dan rencananya beroperasi Maret 2008. Tujuh lantai menjadi pilihan karena punya makna mendalam: tujuh mata angin dan langit ketujuh. Adapun model bangunannya menggabungkan arsitektur modern dengan bangunan konservasi yang sudah ada sebelumnya. Kebetulan, Helmy menemukan sebuah rumah di Palembang yang umurnya diperkirakan mencapai 300 tahun dengan ukuran 13 x 47 meter. Bangunan ini rencananya akan dijadikan ikon hotel. “Saat ini perizinan sudah hampir selesai,” tandasnya.

Dalam operasionalnya, hotel yang bakal diberi nama Mahligai ini menggunakan konsep eksotisme. Maksudnya, tamu hotel akan dijemput dengan gondola (perahu kecil) dari Benteng Kuto Besak yang terletak di seberang hotel. Pendayungnya akan mendendangkan lagu Sebiduk di Sungai Musi hingga merapat di depan hotel. Setelah itu, tamu diturunkan di lobi terapung (floating lobby) untuk menikmati welcome drink. Kemudian, diantar menuju kamar hotel. “Saya menggabungkan konsep arsitektur modern yang di atasnya terdapat heritage. Ini karena saya senang mengonservasi barang-barang bersejarah,” tutur Helmy.

Nama Mahligai, menurutnya, memiliki arti rumah di awang-awang. “Konsepnya sudah tepat. Ketika malam redup, dari jauh hotel akan tampak seperti rumah di awang-awang. Itulah Mahligai di Sungai Musi,” ujar lelaki yang memperoleh gelar master dari University of Miami, Florida ini.

Pria yang murah senyum ini juga optimistis proyeknya didukung banyak pihak. Meskipun di Palembang terdapat banyak hotel bintang empat dan lima seperti Novotel, Aston dan Horison, ia tak merasa gentar. Sejauh ini, hanya hotel butiknya yang menghadap langsung ke Sungai Musi. “Pak Gubernur, Wali Kota, dan masyarakat setempat sangat mendukung proyek ini, karena memberi lapangan pekerjaan dan menambah kebanggaan kota,” ujar Helmy bersemangat. Bahkan, ia berani menjanjikan, hotel yang menyasar pasar menengah-atas ini akan menjadi landmark baru kota kelahirannya itu.

Kendati berani menjadikan hotelnya sebagai landmark, Helmy belum menghitung kapan pertaruhan modalnya akan kembali. Sejauh ini ia mengaku melihatnya dari sisi nostalgia bersama kawan lama. “Ketika kecil saya pernah telanjang mengarungi Sungai Musi demi berangkat ke sekolah,” katanya blak-blakan. Kendati demikian, ia memperkirakan investasinya akan kembali setelah mengarungi waktu empat-lima tahun. Seperti halnya Sungai Musi, investasi ini diharapkan akan mengalir sampai jauh.

Firdanianty/Andry Mahyudi.


URL : http://www.swa.co.id/swamajalah/tren/details.php?cid=1&id=6355

Sabtu, 06 September 2008

Prinsip Menjadi 2

LIHAT KEBUTUHAN SEKITAR

Tahu ga’ kepandaian melihat kebutuhan ternyata sangatlah penting karena dari sinilah bisnis itu bermula. Untuk mempertajam dan memperbanyak wawasan sebagai referensi coba deh ikuti banyak seminar, bersilaturahmi. Mendengar cerita-cerita mereka yang sukses, langsung dari mereka yang sukses. Bagaimana mereka dapat bisa sampai pada posisi mereka pada saat ini.


Baca buku-buku praktisi yang dapat memberikan wawasan . Bergabunglah dengan segala macam kegiatan yang banyak mengumpulkan orang seperti perkumpulan keagamaan, klub olah raga, koperasi, eksekutif klub, rotary club, lebaga sosial, yang paling ampuh lagi adalah berpergian ke luar negeri yang perekonomiannya lebih maju dari Indonesia.


Anda pasti akan sangat terbuka dan terinspirasi dari kegiatan-kegiatan bisnis yang negara maju tersebut lakukan sehingga jarang ragu untuk menirunya. Tiru saja dulu jika anda melihat sebuah peluang bisnis di sebuah negara. kenapa meniru ?karena bisnis tersebut sudah terbukti berhasil dijalankan oleh mereka. Kemudian baru lakukan modifikasi sesuai dengan intuisi bisnis anda baru nanti anda kembangkan dengan variasi lain yang sesuai dengan perilaku pasar anda.


Banyak hal yang dapat diraih disekitar kita jika kita betul-betul jeli melihatnya ditambah lagi referensi yang kita dapati untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan. Sebenarnya sih terciptanya sebuah peluang bisnis karena sebuah bisnis kita JALANKAN. Tangkaplah sebuah peluang bisnis tersebut, kemudian pasti bergulir terus bisnis-bisnis baru dan itu akan sejalan dengan pemintaran dan pembelajaran yang anda dapat dengan melakukan peluang awal bisnis anda. Singkatnya, peluang bisnis itu selalu ada dan tidak pernah habis.


Sebenarnya bisnis saat ini beruntung, karena dengan otonomi daerah di Indonesia yang terdiri dari 250 suku bangsa dan 400 bahasa ini, banyak peluang usaha yang dapat kita bangun misalnya membuat souvenir shop dan produk pada setiap kultur budaya anda, sehingga selang waktu berjalan para turis manca negara atau turis lokal pasti mulai berdatangan karena memang kebudayaan itu sangat menarik untuk diketahui dan di masa itu anda telah siap dengan produk-produk yang menarik baik sebagai memoribilia atau produk kebutuhan industri atau juga kebutuhan sehari-hari seperti pakaian atau makanan Khas daerah tertentu tersebut. Tak usah menunggu datangnya turis dulu baru kita buat.


“Sebelum mereka datang buat dulu, percaya saya”


Contoh lain misalnya, jika anda adalah seorang sarjana atau mahasiswa fakultas matematika, ilmu yang anda miliki segera anda manfaatkan sebagai peluang bisnis, ajarkan ilmu anda kepada para siswa SD, SMP, SMU dan kemudian anda banyak melihat peluang-peluang lain setelah itu. Atau anda mengerti akunting jadilah penyedia jasa akunting buat para pengusaha Warung Tegal tersebut, atau toko kelontong di daerah sekitar anda tinggal, bisa anda tawarkan setiap 3 bulanan anda audit dengan bayaran misalnya Rp 300.000 peraudit, dari sini pasti kemudian anda banyak dapat kenalan dan terbuka peluang binsis baru.


Peluang lain, jika anda seorang sarjana atau mahasiswa bahasa apapun itu jual-lah kepada tetangga, saudara, lingkungan anda, banyak kebutuhan untuk hal tersebut, kita harus siap era globalisasi karena penguasaan bahasa asing sangat dibutuhkan.


Tangkap dulu setiap peluang, tidak ada usaha yang sia-sia. Peluang bisnis lain pasti mengikuti. Bisnis itu terus berkembang mengikuti anda yang tidak berhenti berusaha dan belajar.


Town House Story


Masih berbicara dengan senior arsitek sahabat saya Bapak Edi Utoyo di kantornya yang sangat impresif penuh dengan karya sentuhan pribadinya pada ornamen dekorasi. Saya secara pribadi memerlukan berkonsultasi dengannya mengenai minat saya membangun property di lahan saya di daerah Jakarta Timur.


Saya uraikan visi saya kepadanya. “Pak Edi, aku melihat peluang saat ini property berkembang baik aku berminat membangun townhouse seperti di film seri TV Melrose Place yaitu sebuah cluster yang tidak terlalu besar di mana pemilik property tersebut menyediakan sharing backyard, berbagi halaman belakang misalnya ada kolam renang atau taman yang indah dengan rumah 3 lantai atau mini condominium atau mini apartemen?” Kataku menyelidik. Dengan sangat rinci saya menceritakan visi saya untuk membangun property tersebut. Dia menjawab, “Makan yuk, aku lapar nih..”


Kami berpindah kemeja makan di kantornya yang sudah menyediakan ayam goreng favoritnya, lengkap dengan kentang goreng dan salad, “Maaf, gak tersedia nasi di sini, lagi ganti variasi makanan”, katanya serius.


“Begini Mas”, dia memulai pembicaraan. “Sebelum kita membangun, kita lihat filosofis bangunan yang akan kita dirikan. Misal apartemen, adalah bangunan yang kebanyakan disewakan fungsinya, Condominium adalah kepemilikan atau konsep jual hanya hak atas tanah dibagi oleh seluruh pemilik gedung biasanya dengan strata title hak kepemilikannya kayak HGB (hak guna bangunan), Townhouse kayak real estate biasa karena konsep rumah kota biasanya bertingkat dan tanahnya kecil 100-250 meteran namun bangunan standar lux atau rumah perumahan biasa tipe 45-72, 150 meter dan lain sebagainya”, lanjutnya sambil mengunyah makanan.


Sangat santai ia hari ini begitu juga saya. “Nah, di daerah sekitar tanah yang mau kita bangun apa type rumahnya atau apa tipe komunitasnya. Kita harus membangun sesuai dengan meliu daerah tersebut”, katanya menyelidik. “Kalau tipe kecil kita juga membangun berkisar besaran yang sama. Kalo besaran tanah 500 meteran pun demikian, kita nyamain”. “Kenapa?”, Aku bertanya. Manusia cenderung berkumpul dengan level strata yang sama begitu juga setiap mahluk hidup. Sangat nyaman berkumpul dengan sesama. Apa cocok daerah tersebut dengan apartemen atau condo?


“Kalau aku membangun Club House, yang ada kolam renang , fitness, salon, tenis dan lain-lain”, tanya ku lagi. “Ada berapa unit rumah yang tinggal di daerah tersebut berada di komunitas kelas A atau B, Komunitas A adalah seperti daerah Mall Kelapa Gading, Mall Pondok Indah, Mall Bintaro Jaya. Komunitas B adalah seperti daerah perumahan di pinggiran Jakarta seperti BSD, Cibubur, Jati Bening.” Katanya merinci. “Karena, club house untuk olah raga cocok untuk komunitas B dan A, kelas C seperti mereka yang tinggal di BTN atau komunitas D yang marginal tak memiliki pekerjaan resmi walaupun tidak bisa dikatakan mereka tidak memiliki pendapatan, datang ke Club House menjadi sebuah barang mewah,” Katanya lagi.


“Ada lebih kurang 500 rumah komunitas A, 1000 komunitas B, C dan D ada 2000 rumah dalam radius 2 km dari lokasi jika centrumnya lokasi tersebut”, kataku lagi. Saya memang sudah melakukan marketing intelegen di daerah tersebut. Dan ini merupakan kebiasan saya sejak dulu bahkan sejak dari masih bujangan. Dengan cara bersepeda sore-sore dengan anak-anak, aku menghitung jumlah rumah, mobil dan segala ornamen di sekitar asset mereka.


“Rasanya masih kurang banyak ya”, katanya sambil mencari referensi di benaknya. ”Tapi aku melihat peluang” katanya lagi, “Mas Wowiek punya temen banyak celebrity di daerah situ khan? Kita bisa jadikan dia Anchor atau jangkar pemasaran seperti Ade Rai fitness atau Vena melinda fitness. Maka radius kita bisa melebar kalo konsepnya unik. Sekarang kembali ke Mas Wowiek, mau diapakan?” Katanya dengan tenang.